So, setelah gue lolos tahap 1 AFS, gue mulai sibuk buat
nyiapin berbagai macam dokumen yang diminta oleh Bina Antarbudaya agar bisa
lanjut ke tahap 2. Nih listnya:
Beberapa emang susah banget buat dicari, kayak misalnya map
Diamond warna biru-_-. Dulu juga agak kesusahan buat
legalisir dokumen-dokumen SMP, karena waktu itu SMP gue ada libur panjang gitu.
Dan surat-surat rekomendasi pun gue dapetin dengan penuh perjuangan. Untuk
rekomendasi dari lingkungan sekolah, gue minta ke bu Rida (guru Bahasa Inggris),
who was really professional in doing some scholarship stuff. Surat rekomendasi
lingkungan organisasi gue mintanya ke ketua fans club DEPAPEPE Malang, Mas
Mego, soalnya dia anak FISIP, jadi sepertinya pintar untuk menulis dengan penuh
gombalan, secara dia anak jurusan politik. Tapi, hidup butuh perjuangan, men.
Gue kudu menembus hujan badai, minta dispensasi buat ngurus ini itu, etc-_-
Puji Tuhan semuanya selesai tepat waktu, dan bisa gue antar ke kantor sebelum
tes dimulai.
D-day! 25 Mei 2013. Bertempatkan di STIE Malang Kucecwara
lagi kayak tes tahap 1. Gue datang dengan penuh persiapan dan senyum yang
lebar. Nggak lupa sarapan dulu sebelumnya biar nggak keliatan lembek(?) pas
wawancara. Gue udah nyiapin beberapa jawaban untuk pertanyaan yang biasanya
muncul di wawancara-wawancara beasiswa lainnya. Bahkan, gue udah simulasi
wawancara sama bu Rida. Gue cari-cari cerita pengalaman peserta tahun-tahun
sebelumnya dari Google.
I am ready! Awalnya, peserta-peserta ini dibagi jadi beberapa
ruangan. Gue seruangan sama dua temen satu sekolah gue, jadi bisa
ngobrol-ngobrol asik sambil nunggu giliran di wawancara. Waktu itu, gue dapet
giliran tengah-tengah, jadi nggak terlalu sore dan kulu-kulu wajahnya. Gue
masuk ke ruangan wawancara bahasa Indonesia. Di dalam ruangan itu, ada dua
peserta lain yang sedang asik(?) diwawancara. Mataku tertuju kepada dua orang
wanita duduk dengan anggunnya di pojok ruangan, terlihat sedang menunggu
kedatangan seorang peserta ganteng kayak gue *kibasrambut. Gue dekatin dengan
senyum termanis yang pernah kusunggingkan hahaha. It started with a handshake
between me and the interviewer, and I said, “Selamat pagi, Bu”. Menit-menit
pertama duduk emang nervous, tapi berkat senyum terus, bisa rileks dan jawab
dengan lancar. Awalnya sih ditanya tentang kepribadian, trus nglantur-nglantur
ke world issues dan pandangan gue terhadap negara yang gue inginkan. Jawablah
semua pertanyaan dengan jujur. Kalo emang gak seneng politik, ya jangan ngomong
tentang korupsi, pemerintah, dll. Kalo emang suka sama interviewernya, ya
confess aja langsung *abaikan. Wawancara berakhir dengan sukses tanpa kesulitan
yang sangat berarti. Interviewernya juga asik, jadi wawancaranya juga diselingi
bercanda gitu.
Lanjut ke interview bahasa Inggris. Di ruangan ini, gue
melihat ada tiga wanita cakep yang lagi-lagi terlihat sedang menunggu
kedatangan peserta keren kayak gue *benerinsarung. Belajar dari interview
sebelumnya, gue senyum biar nggak nervous. And it worked again! Bahasa Inggris
yang digunakan nggak susah-susah amat kok. Mereka cuma pingin tau seberapa
kemampuan Bahasa Inggris para peserta untuk dapat berkomunikasi dengan baik. Materi
yang ditanyakan juga hampir sama dengan wawancara sebelumnya, kayak
kepribadian, negara yang dituju, problem solving, etc. Di wawancara ini, gue
sedikit show-off dengan ngomong “I can sing a traditional Javanese song, named
Tembang Durma.”, karena gue pikir program ini kan bertujuan untuk belajar
kebudayaan, jadi gue harus nunjukin ketertarikan dan pengetahuan gue tentang
kebudayaan Indonesia. Masa ntar jadi duta dari Indonesia tapi nggak ngerti
apa-apa tentang budayanya? Kebetulan, gue emang ikut sanggar gamelan gitu. Maka,
gue pun bernyanyi dengan amat confident, dan terlihat beberapa tetes darah
mengalir dari kuping ketiga pewawancara. Interviewersnya asik-asik dan mirip
dengan wawancara yang pertama, banyak bercandanya. Ada satu pertanyaan yang
waktu itu bikin gue susah jawab dan agak awkward: “If you manage to get
accepted in this scholarship, indeed you will live in another country for 11
months. It will be possible for you to have a crush with a girl there. How will
you overcome this problem? Will you date that girl”. Kata pertama yang keluar
dari mulut gue adalah: Hmmmm. Lalu ketawa dengan awkward. Beberapa detik
kemudian, gue jawab dengan hasil pemikiran gue yang paling jenius selama
beberapa tahun terakhir: “Well, I don’t think so. I prefer Indonesian girls
because they are much cuter than other countries’.” (sambil menatap pewawancara
dengan menggoda) dan berhasil bikin mereka ketawa lama banget. Hahahaha.
Yes! Everything worked so perfect. Wawancara berakhir dan
gue pulang ke rumah dengan lega. Pokoknya, ketika wawancara harus rileks.
Usahakan senyum dan tetap sopan. Duduk yang tegak, gunakan pakaian yang nyaman
biar nggak gerah. Dan yang paling penting: Jujur:>
Beberapa minggu kemudian, I checked Bina Antarbudaya’s
blogspot and found my name in the list (again!):
P.S: I will be an observer in this year's English interview test. You can find me if you are lucky enough!:p